EMPAT (4) MACAM GOLONGAN
MANUSIA
nu.or.id
Ketiga,
رَجُلٌ
لَهُ قَلْبٌ بِلَا لِسَانٍ وَهٌوَ مُؤْمِنٌ سَتَرَهُ اللهُ تَعَالَى عَنْ خَلْقِهِ
وَبَصَرِهِ بِعُيُوْبِ نَفْسِهِ وِنَوَّرَ قَلْبَهُ وعَرَّفَهُ غَوَائِلَ
مُخَالَطَةِ النَّاسِ وَشُؤْمِ الكَلاَمِ وَهُوَ وَلِيُّ اللهِ تعالى مَحْفُوْظٌ فى
سِتْرِ الله
تعالى
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
nu.or.id
Dalam salah satu taushiyahnya Sayyidul Auliya Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani pernah membagi jenis manusia dalam empat bagian besar. pertama;
mereka yang hati dan lisannya mati. Kedua, mereka yang mati hatinya namun
lisannya bercerita. ketiga mereka yang kelu lidahnya, tetapi hayat hatinya. dan
terakhir mereka yang berilmu dan berkarya sesuai ilmunya.
اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ
كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ الله
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.اللهم صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى
أله وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أما بعد فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله
فقد فاز المتقون, اتقو الله حق تقاته ولاتموتن ألا وأنتم مسلمون
Jama’ah Jumu’ah rahimakumullah
Alhamdulillah negara kita telah memiliki pemimpin baru, semoga
keberadaan pemimpin baru ini dapat memberi semangat kepada kita kaum muslimin
Indonesia khususnya untuk meningkatkan kadar ketaqwaan kita. Karena taqwa
merupakan unsur penentu keberhasilan hidup di dunia serta kebahagiaan kelak di
akhirat.
Marilah pada kesempatan ini kita bersama-sama berusaha menilai
dan menengok kondisi kehidupan ruhaniah kita bersama. Sesungguhnya kondisi
ruhaniyah ini sangat berpengaruh pada kinerja lahiriah kita semua. Ini adalah
hukum umum yang terjadi pada jamaknya manusia. Tidak peduli dia seorang menteri
ataupun kuli, anggota dewan kehormatan maupun anggota perserikatan. Sungguh ini
sangat berpengaruh, semoga kita semua diberikan petunjuk menuju jalan yang
diridhai-Nya aimen.
Jama’ah jum’ah yan berbahagia
Lantas bagaimanakah cara kita mengkondisikan dunia batiniah kita
yang berada di dalam serta menghbungkannya dengan aktifitas keseharian
lahiriah? Dalam nasehatnya Syaikh Abdul Qadir al-Jailani seolah menumpukan
kondisi ini pada tiga hal, hati, lisan dan karya. Kondisi hati harus senantiasa
hidup dan aktif, sedangkan kondisi lisan sebaiknya selalu pasif dan mati,
sedangkan badan harus selalu berkarya dan berkreasi.
Dalam salah satu wasiatnya sebagaimana dinukil oleh Syikh Nawawi
Al-Bantani dalam Nashaihul Ibad, Sayyidul Auliya Syaikh Abdul
Qadir al-Jailani pernah berpendapat bahwa tipe manusia dapat dibagi dalam empat
kelompok besar:
Pertama,
رَجُلٌ
لاَ لِسَانَ لَهُ وَلاَ قَلْبَ وَهُوَ العَاصِى العَبِيّ
yaitu kelompok manusia yang tidak berlidah dan tidak berhati
merekalah para pendurhaka kepada Allah. Maka janganlah kita sampai tergolong
seperti mereka, apalagi berteman dengannya. Karena merekalah penghuni sah
neraka.
Kedua,
رَجُلٌ لَهُ لِسَانٌ بِلاَ قَلْبٍ فَيَنْطِقُ بِالْحِكْمَةِ
وَلَايَعْمَلُ بِهَا يَدْعٌو النَّاسَ اِلَى اللهِ تَعَالىَ وَهُوَ يَفِرّ مِنْهٌ
yaitu golongan yang memiliki lisan tetapi tidak berhati. Mereka
berbicara dengan manisnya hikmah namun tidak mengamalkannya. Bahkan mereka
mengajak orang-orang untuk menuju Allah swt. Tetapi mereka sendiri malah
menjauhkan diri dari-Nya. Kepada mereka Syaikh Abdul Qadir mewanti-wanti kepada
jangan sampai terbujuk keindahan rangakaian katanya yang dapat membakar mu
bahkan dapat pula kebusukan hatinya membunuhmu.
yaitu kelompok memiliki
hati tetapi tidak berlisan, merekalah orang mukmin yang disembunyikan Allah swt
dari orang lain, serta Allah jaga matanya dengan perasaan hina akan dirinya
sendiri. Kepada hati kelompok inilah Allah memberikan cahaya, sehingga mereka
mengerti dampak bergumul (terusmenerus) dengan sesama manusia serta bahayanya
banyak bicara. Mereka inilah kekasih (wali) Allah swt yang senantiasa
disembunyikan Allah (dari khalayak ramai).
Keempat,
رَجُلٌ
تَعَلَّمَ وَعَلَّمَ وَعَمِلَ بِعِلْمِهِ وَهُوَ الْعَالِمُ بِالله تعالى وايَاتِه
اسْتَوْدَعَ اللهُ قَلْبَهُ غَرَائِبَ عِلْمِهِ وَشَرّحَ صَدْرَه لِقَبُوْلِ
الْعُلُوْم
yaitu orang-orang yang belajar dan mengajar dan beramal dengan
ilmunya itulah orang-orang yang mengerti kebesaran Allah. Oleh karena itulah
menitipkan dalam hati mereka berbagai ilmu dan pengetahuan dan juga Allah
lapangkan dadanya guna menerima titipan-titpan pengetahuan tersebut.
Maka kepada kelompok terakhir ini jangan sampai kita menjauhinya
apalagi menentangnya. Bahkan kalau perlu sering-seringlah mendekatinya agar
mendapatkan nasihat yang berguna.
Demikianlah empat macam golongan manusia hasil pengkelompokan
Syiakh Abdul Qadi al-Jailani. Tentunya pengelompokan ini merupakan hasil
penelitian yang cermat dengan berbagai pertimbangan dhahir dan bathin.
Mengingat beliau sebagai seoang sayyidul auliya yang mengetahui dengan persis
karakter manusia-manusia yang dicintai maupun dibenci Allah swt.
Selanjutnya Syaikh Abdul Qadir menutup nasihat dan hasil
penelitiannya ini dengan sebuah penekanan yang berbunyai:
اِعْلَمْ اَنَّ أَصْلَ الزُّهْدِ الإِجْتِنَابُ عَنِ الْمَحَارِمِ
كَبِيْرُهَا وَصَغِيْرُهَا وَاَدَاءُ جَمِيْعِ الْفَرَائِضِ يَسِيْرُهَا وَعَسِيْرُهَا
وَتَرْكُ الدُّنْيَا عَلىَ اَهْلِهَا قَلِيْلُهَا وِكَثِيْرُهَا
Ketahuiah bahwa pokok-pokok ajaran zuhud
adalah menjauhi berbagai hal-hal yang dilarang (haramkan) Allah swt, baik yang
besar maupun kecil. Serta menjalankan berbagai kewajiban (faraidh) baik yang
mudah maupun yang susah. Serta menyerahkan urusan dunia kepada para aahlinya
(yang berekepentingan) baik urusan kecil maupun urursan besar.
Keterangan penutup ini seolah memberikan isyarat kepada kita
semua bahwa zuhud bukanlah sesuatu yang berat dan spesial yang hanya bisa
dilakukan orang-orang tertentu. tetapi zuhud adalah laku alamiah yang dapat
dicapai dengan berlatih dan berlatih memulai dari hal yang kecil. Zuhud tidak
semata bersifat penghindaran, tetapi juga bersifat pelaksanaan. Dengan melaksanakan
berbagai kewajiban syariah sama artinya dengan melatih diri membisakan zuhud.
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Dari keterangan di atas marilah kita meraba diri kita sendiri,
termasuk ke dalam kelompok manakah diri ini. Janganlah kita menilai orang lain
dengan mengelompokkan dalam kelompok yang buruk. Karena menganggap orang lain
lebih buruk dari diri kita adalah suatu keburukan sendiri.
Demikianlah khutbah jum’ah hari ini semoga Allah swt
memposisikan kita dalam kelompok orang-orang yang beruntung dan dicintai-Nya.
Walaupun untuk menuju kesana kita sangat mengandalkan petunjuk dari-Nya. Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ
تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ
بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى
اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ
اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى
وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ
وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar