بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين الصلاة والسلام على اشرف الانبياء
والمرسلين سيدنا ومولنا محمد وعلى اله وصحبه احمعين. قال الله تعالى فى القرأن الكريم
:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى
بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي
بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
para alim ulama para hujaj,para tokoh masyarat,tokoh agama yang di rahmati
Allah,yang kami hormati.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada
Allah swt.yang telah melimpahkan rahmat,taufiq hidayah dan inayah kepada kita semua,tak lupa sholawat
dan salam semoga selalu di limpahkan kepada baginda rasul muhammad saw.
hadirin-hadirot yang ROHIMAKUMULLAH
Bulan Rajab adalah bulan istimewa, bulan yang yang
memuat banyak makna. Makna-makna itu muncul dari anugerah Allah swt dalam
memberikan keistimewaan bagi Rasul tercinta-Nya Muhammad saw. berupa perjalanan
spiritual yang kemudian hari dikenal dalam sejarah umat manusia sebagai Isra’
Mi’raj.
Seperti telah masyhur diceritakan bahwa diantara
kejadian istimewa yang terjadi pada diri Rasulullah saw sebelum perjalanan
Isra’ Mi’raj dimulai adalah pembedahan hati (membersihkan hati) oleh malaikat
Jibril dan Mikail as untuk selanjutnya dicuci dengan air zam-zam tiga kali dan
diisinya hati mulia itu dengan hikmah dan iman.
Pembedahan hati ini pada bagian awal sebelum memasuki
inti cerita perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho, untuk selanjutnya
diteruskan hingga Shidratil Muntaha. Inilah yang menjadi focus pada penyampaian
kali ini. Mengapa hati yang dibedah dan dibersihkan? kenapa bukan usus atau
ginjal yang mempunyai peran penting dalam metabolisme tubuh? Yang secara
bilogis lebih kotor dan selalu bersinggungan dengan makanan? Atau alat pencuci
anggota tubuh lainnya yang menjadi jalur kotoran bagi manusia? Dan mengapa pula
pembedahan ini dilakukan sebelum perjalanan, kenapa tidak setelah perjalanan
usai? Atau di tengah perjalanan?
hadirin-hadirot yang Berbahagia
Sesungguhnya dalam kejadian ini terdapat hikmah yang
sangat dalam. Semakin tinggi kadar kepandaian spiritual seorang manusia, akan makin
dalam ia memaknai sebuah hikmah. Namun, sebagai seorang yang minim pengetahuan
khatib hanya dapat mengingatkan beberapa hal di balik kejadian tersebut yang
mungkin telah banyak difahami tetapi sering dilupakan dan diabaikan.
Hahwa hati adalah hal terpenting dalam diri manusia.
Hati sebagai pusat metabolism keimanan dan ketaqwaan. Bagaikan pailot, hati
mengarahkan kehidupan spiritual manusia, dan kwalitas spiritual itu secara
langsung turut menentukan dan mempengaruhi laku social seseorang. Karena itu sebuah
hadits yang masyhur tentang hati perlu saya tegaskan di sini:
إن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله ، و إذا فسدت فسد الجسد كله ألا و هي
القلب ” ( متفق عليه)
Sesungguhnya di dalam tubuh
seseorang terdapat segumpal daging, apabaila gumpalan itu baik, maka baiklah
seluruh tubuh itu. Namun jika gumpalan itu jelek, maka rusaklah seluruh tubuh
itu. Ingatlah… gumpalan itu adalah hati. (hadits ini disepakati kesahihannya
oleh semua ahli hadits)
Betapa pentingnya posisi hati
bagi tubuh dan diri manusia. Betapa hati menjadi satu-satunya perkara yang
menentukan tubuh dan diri manusia. Karena sebuah pribahasa Arab mengatakan:
القلب ملك ، و الأعضاء جنوده ؛ فإذا صلح القلب ، صلحت الرعية ، و إذا فسد ،
فسدت.
Hati bagaikan raja, dan
balatentaranya adalah amggota tubuh manusia. Jikalau baik sang hati, maka
baiklah ra’yatnya. Namun jika rusak sang hati rusaklah segalanya.
Dengan demikian, apa yang terjadi
pada diri Rasulullah saw adalah simbol bagi umatnya, bahwa hati adalah perkara
yang paling penting untuk dirawat mengalahkan berbagai anggota lainnya.
Menyehatkan hati dan meriasnya jauh lebih penting dari pada merias wajah, dari
pada bersolek tubuh, bahkan lebih penting dari pada mengasah otak.
Inilah yang sering kita lupakan.
Hati tidak lagi menjadi panglima dalam kehidupan ini. Sejak lama kedudukannya
telah digantikan oleh otak yang mengandalkan logika dan rasio. Padahal berbagai
pertimbangan keadilan dan kebenaran sumbernya adalah hati, bukan otak. Karena
itu tidak salah apa yang diungkapka oleh al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin
إستفت قلبك ولوأفتوك وأفتوك وأفتوك
Mintalah petunjuk pada hati
(kecil) mu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka
memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu.
Maka jikalau hendak memutuskan
sebuah keadilan maka pertama kali bertanyalah kepada hati kecil, jangan
bertanya dulu kepada bukti yang ada di Tempat Kejadian Perkara. Karena semua
itu bisa dipalsukan oleh otak dan logika. Jika hati membawa kita kepada
kebaikan universal, sedangkan otak hanya akan mengantarkan kita kepada kebaikan
parsial, kebaikan yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.
Ma’asyiral Muslimin
Rahimakumullah
Jika demikian adanya, jika
Rasulullah saw adalah seorang yang ma’shum terjaga dari salah dan dosa,
walaupun tanpa dibedah dan dicuci hatinya oleh malaikat. Bagaimanakah dengan
kita? bagaimana merawat hati kita dan menghiasinya agar tetap jernih dan mampu
menjadi pelita bagi diri dan tubuh ini? Agar selalu terawat hindarkanlah hati
kita dari empat perkara; riya’, ujub,
takabbur, serta hasad.
Riya’ adalah pamer, Riya menurut
imam al-Ghazali adalah, mencari kedudukan di hati manusia dengan cara melakukan
ibadah dan amal. Dengan kata lain riya’ selalu saja mengajak manusia untuk
mencari modus dalam setiap kelakuan dan amalnya.
‘Ujub. Menurut imam al-Ghazali
ujub adalah sifat merasa diri serba berkecukupan dan berbangga hati atas nikmat
yang ada, dan lupa jika kelak akan sirna, ujub merupakan induk dari sifat
takabbur, bedanya jika takabbur berdampak pada pihak yang ditakabburi, kalau
ujub terbatas pada dirinya sendiri.
Sabda Rosulullah saw; “ujub itu bisa memakan amal amal baik sebagaimana
api makan kayu bakar” (al-hadist)
Ketiga adalah takabbur adalah
merasa dirinya lebih sempurna dari yang lainnya, kesombongan adalah kemaksiatan
yang pertama dilakukan oleh makhlukNya (iblis) terhadap Allah swt. Firman Allah
swt; Turunlah engkau dari surga karena engkau menyombongkan diri didalamnya,
maka keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk orang orang yang hina”
(Al-A’raf:13)
Keempat adalah hasad atau dengki.
Untuk menjelaskan hal ini cukuplah petikan seorang sufi dalam kitab Risalah
Qusyairiyah “orang dengki adalah orang yang tak beriman sebab dia tidak merasa
puas dengan takdir Allah”sementara ulama yang lain berpendapat orang yang
dengki adalah orang yang selalu ingkar karena tidak rela orang lain mendapatkan
kenikmatan. Indikasi dari sifat dengki adalah menipu apabila dihadapan orang
lain, mengumpat apabila orang lain itu pergi, dan mencaci maki apabila musuh
tak kujung tiba pada orang itu”
Mengenai pendalaman keempat
penyakit ini sudah bisalah kiranya kita meraba diri masing-masing. Selaku
khatib saya hanya bisa mengingatkan saja, saya merasa belum pantas untuk
memberikan nasehat. Namu yang jelas, biasanya keempat penyakit tersebut saling
terkait antara satu dan lainnya. Sehingga apabila mengidap salah satu maka
dapat pula mengidap yang lainnya.
Ma’asyiral Hadirin wal hadirot Rahimakumullah
Lantas bagaimana cara menghiasai
hati? al-Ghazali berpesan dalam kitab Mizanul ‘Amal, bahwa hendaknya hati
dihias dengan empat induk kesalehan, yakni hikmah, kesederhanaan (‘iffah),
keberanian (syaja’ah) dan keadilan (‘adalah). Beliau menjelaskan bahwa kerelaan
memaafkan orang yang telah menzaliminya adalah kesabaran dan keberanian
(syaja’ah) yang sempurna. Kesempurnaan ‘iffah terlihat dengan kemauan untuk
tetap memberi pada orang yang terus berbuat kikir terhadapnya. Sedangkan
kesediaan untuk tetap menjalin silaturrahim terhadap orang yang sudah
memutuskan tali persaudaraan adalah wujud dari ihsan yang sempurna.
Demikianlah semoga kita semua
dapat menarik hikmah dari bulan Rajab ini. Mengapa Allah memerintahkan Malaikat
Jibril dan Mikali membedah dada dan mencuci hati Rasulullah? Bukan karena di
hati Rasulullah terdapat kotoran, bukan. Karena beliau adalah ma’shum. Namun
semua itu adalah perlambang bagi kita selaku umatnya. Bahwa membersihkan,
merawat dan menghias hati adalah pekerjaan utama yang harus didahulukan dari
lainnya. seperti halnya Allah swt mendahulukan pembedahan dan pencucian hari
Rasulullah sebelum melakukan perjalanan Isro’ Mi’raj.
Akhir kata terimakasih atas segala perhatian
dan mohon maaf atas segala kesalahan, uusikum waiyyaya bitaqwallah,
ihdinashirotol mustaqim wassalamu alaikum..................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar